Sejarah Kota Baru Parahyangan, Alasan Menjadi Lokasi Hunian Mewah– Menyebut nama Kota Baru Parahyangan atau KBP tentu tidak terasa asing bagi warga Bandung, Cimahi, Purwakarta, maupun Subang. Pasalnya salah satu wilayah di sebelah barat ini menjadi destinasi wisata yang cukup populer dikalangan masyarakat Jawa Barat.
Sejatinya KBP sendiri merupakan area perumahan dengan ragam fasilitas publik menarik. Warga luar kota Bandung pasti tidak menyangka jika tempat wisata yang mereka datangi merupakan bagian dari kompleks tempat tinggal. Pada awalnya Kota Baru hanya berada di wilayah Padalarang. Namun kini berdasarkan catatan administratif memasuki wilayah Saguling alias Batujajar.
KBP mengambil kontribusi dalam hal menyambungkan sebagian wilayah Bandung Barat. Seperti sejumlah ruas jalan menjadi beraspal. Hingga wilayah yang terpisahkan oleh sungai, dapat menyatu berkat pembangunan jembatan. Berikut adalah sejarah lengkap Kota Baru serta alasannya mampu menjadi pilihan lokasi hunian mewah.
Sejarah Cikal Bakal Berdirinya Kota Baru Parahyangan di Bandung Barat
Proyek pembangunan Kota Baru pertama kali tercetus pada tahun 2000. Sejumlah developer berinovasi melakukan pengembangan sebuah kota di pinggiran Bandung Barat. Proyek pembuatan kota mulai dilaksanakan dengan mengambil lokasi di Padalarang. Mengusung tema kota satelit yang berdesain unik.
KBP pun terus menghadirkan visi misi sebagai Kota Pendidikan dengan memberi fasilitas terkait bagi seluruh penghuni. Semangat pendidikan lantas diterapkan pula pada hampir keseluruhan proyek pembangunan Kota Baru. Terlepas proyek tersebut sifatnya masterplan ataupun segmental plan. Terbukti dengan ditempatkannya institusi formal layaknya sekolah, universitas, lembaga belajar, hingga pusat ilmu pengetahuan dan teknologi.
Upaya pembangunan KBP sebagai Kota Mandiri tentu mengakomodasikan beberapa fungsi yang saling terintegrasi. Membuat hunian dengan kepadatan penduduk rendah, menengah, dan tinggi. Melengkapi areal tempat tinggal semacam condominium, apartemen, dan town house dengan fasilitas persis business city. Diantaranya adalah ketersediaan Office Parks, Mall, Hotel, Ritel, dan lainnya.
Konsep Kota Baru Parahyangan berbeda dengan Padalarang, Bandung, bahkan Jakarta sekalipun. Parahyangan tidak ingin terlepas jauh dari sejarah kota Bandung, yaitu sebagai pusatnya ilmu pengetahuan alias kota pelajar. Oleh karenanya pengembang mengadopsi setiap detil-detil yang ada di dalam hunian baru.
Bagi siapapun yang datang ke KBP dapat melihat bagaimana gerbang masuk utama menampilkan desain astronomi. Pintu utama memang mengusung konsep tentang astronomi dan tata surya. 12 bulan dalam setahun dilambangkan lewat ornamen pada gerbang, sedangkan posisi bumi merupakan tengah pintu gerbang. Jam Sundial yang terbesar se Indonesia adalah penggambaran utuh tentang tata surya.
KBP Menerjemahkan Konsep Pendidikan Lewat Berbagai Cara
Hal unik memang tidak bisa luput dari pencerminan citra Kota Baru Parahyangan. Bahkan lokasi hunian baru di sejumlah kota besar layaknya Bandung, Jakarta, Yogyakarta, maupun Surabaya. Belum ada yang mampu mengimplementasikan konsep awal di setiap aspek hunian.
KBP terbuka bagi para mahasiswa untuk mempelajari arsitektur, desain, ilmu struktur dan konstruksi pada bangunan serta semua fasilitasnya. Pasalnya konsep pada hunian semua berbeda-beda, Tatar Pitaloka struktur konstruksinya bertemakan Art Deco.
Kemudian konsep konstruksi bangunan di Tatar Jingganagara yang sangat Victorian. Belum lagi memasuki era kolonial ketika di area Bandoeng Tempo Doeloe. Tak hanya itu struktur dan konstruksi masing-masing jembatan di KBP juga menggunakan metode berbeda.
Bagi pengembang, taman juga bisa menjadi sarana untuk mengimplementasikan konsep pendidikan. Itulah mengapa setiap cluster hunian mempunyai tema taman yang tidak sama. Lantaran adanya pencerminan pendidikan non formal dengan desain dan ragam permainan.
Sebagai contoh, penamaan taman Tatar Wangsakerta yang mengambil dari nama pangeran Jawa Barat. Pangeran tersebut terkenal dengan kepintarannya, sehingga diterjemahkan menjadi taman tematik berdesain transportasi dan Antartika. Belum lagi taman tematik di Tatar Jingganagara menunjukkan gaya Art Deco yang tak menggunakan pagar. Ada pula taman tematik geografi menunjukkan tujuh keajaiban di seluruh dunia.
Sebagai kawasan Kota Mandiri, sudah sewajarnya jika kawasan KBP mempunyai sekolah bertaraf nasional plus. Layaknya American Classical School Curriculum, Bandung Alliance International School, Akademi Bahasa Asing International. Bahkan untuk tingkat penghuni pun telah dihimbau bagaimana membagi antara membuang sampah organik dan non organik.
Kota Baru Usung Tampilan Bandoeng Tempo Doeloe
Era kolonial di Jawa Barat erat kaitannya dengan nuansa jaman dulu Kota Bandung. Sayangnya di pusat kota pelajar nuansa tempo doeloe sangat sulit untuk ditemukan kembali. Tak ayal konsep Kota Baru Parahyangan yang mengadopsi nuansa tersebut. Mampu menaikan minat orang luar kota untuk bertempat tinggal di sana. Seperti warga ekspatriat dari Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Sukabumi, Subang, Tasikmalaya, Purwakarta, Garut, dan masih banyak lagi.
Alasan yang mendasari, hunian mempunyai ciri khas sekaligus mengimplementasikan nilai sejarah masa kolonial tahun 1930-an. Pilar arsitektur bergaya kolonial selalu terlihat klasik, mewah, dan kokoh. Hal tersebut yang terlihat dari koridor Bandoeng Tempo Doeloe.
Kala mengunjungi Bandoeng Tempo Doeloe di KBP, konsep secara jelas terbagi dua antara hunian dan komersial. Konsep hunian disebut dengan Cipaganti, sedangkan komersial dinamakan Braga. Sehingga jangan heran bila tempat tinggal mirip dengan halaman depan dan belakang bangunan di sekitar jalan Cipaganti, Cilaki, dan Riau.
Sementara lokasi komersial memang benar-benar menyerupai susunan atau jajaran toko di jalan Braga. Braga pada masa lampau hingga hari ini penuh dengan kafe, toko kue, toko baju, hingga toko buku. Sejarah Bandoeng Tempo Doeloe secara sukses diwujudkan sebagai alternatif hunian dan usaha di KBP.
Infrastruktur Kota Baru Mandiri Parahyangan
Menyebut nama Kota Baru tidak bisa mengabaikan keberadaan Padalarang, Bandung Barat, bahkan Bandung Raya. Bagaimana KBP ditata dan menjadi tersohor seperti saat ini, yang awalnya hanya sebuah wilayah kecil di sebelah barat kota.
Pembangunan pusat Bandung sedikit banyaknya juga mempengaruhi perkembangan mode transportasi antar kota di KBP. Terutama saat akses tol Cipularang yang menghubungkan Cikampek, Purwakarta dan Padalarang sejak 2005 lalu. Secara otomatis menaikkan geliat ekonomi dan jumlah penghuni di KBP.
Masyarakat terbebas macet dan bisa menuju Jakarta tanpa hambatan terhitung mulai Cawang. Program kerja Pemerintahan Kota untuk membangun tol dan monorel membuka akses mudah menuju KBP. Semakin terbukanya akses menuju Bandung Barat jelas menaikkan level kualitas KBP di mata masyarakat.
Fakta jumlah penduduk yang terus meningkat, bukan hanya diisi warga asli Bandung. Cukup banyak penghuni dari luar kota hingga luar negeri dengan berbagai profesi yang turut pindah. KBP dipandang sebagai sebuah Kota Mandiri yang akan berkembang pesat dan berpotensial setara Ibu Kota.
Mengingat semakin sedikitnya lahan di pusat kota, bukan rahasia jika landed house lantas bergeser ke pinggiran. Berhubung sistem infrastruktur yang didirikan Pemkot memberi konektivitas langsung ke beberapa ruas tol. Ditambah perampungan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang hanya berjarak 16 kilometer dari KBP. Bukan tidak mungkin jika warga Bekasi, Bogor dan Jakarta akan berpindah ke Kota Baru Parahyangan.
Komitmen Serius Sebagai Lokasi Hunian Mewah
Pengelola Kota Baru Parahyangan berkomitmen secara serius menjadikan wilayah hunian sebagai Kota Mandiri. Hal ini sebagai upaya untuk mengurangi kepadatan penduduk di kota-kota besar seperti Bandung, Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Jakarta.
Dalam kurun waktu 20 tahun, KBP menargetkan 100.000 lebih keluarga dapat mengisi hunian yang tersedia. Sejauh ini baru ada 3,100 kepala keluarga menerima kesejahteraan tinggal di wilayah hunian baru. Sebanyak 70% merupakan warga asli Bandung, sedangkan sisanya berasal dari luar kota.
Pembangunan KBP sebagai lokasi hunian mewah terus berjalan sejak 2002. Pengembang mengaku jika awalnya tidaklah mudah membangun komunitas tinggal tahap pertama. Namun upaya terus dilakukan selama 10 tahun. Seiring dengan disediakannya sejumlah fasilitas komersial dan umum.
Total lahan yang ada baru 20% terbangun untuk hunian dan fasilitas. Kedepannya secara masif pembangunan dan pembaharuan akan terus dilakukan hingga rampung sepenuhnya. Fasilitas menjadi pelengkap bagi khalayak memenuhi gaya hidup dengan berwawasan eco green. Demikian pembahasan seputar sejarah Kota Baru Parahyangan, hingga alasannya menjadi lokasi hunian mewah.